Perpustakaan, pustakawan dan kemajuan jaman
Pustakawan sekarang ini boleh mengatakan bahwa pekerjaan mereka tidak sekedar
menata buku tetapi memberikan akses informasi kepada masyarakat dalam berbagai
format. Karena pustakawan—seperti halnya orang lain—yakin bahwa dunia
perdagangan, komunikasi dan informasi sudah beralih ke format digital, mereka berjuang
memberikan akses internet—untuk mencegah agar tidak dianggap menjadi masyarakat
kelas-dua dalam dunia digital.
Suatu keanehan timbul dalam perjalanan menuju perpustakaan digital masa mendatang.
Bukannya menjadi penjaga kunci database pengetahuan universal, pustakawan semakin
mendapati diri mereka berada dalam peran yang berlebihan dan tidak diduga-duga
sebelumnya: mereka menjadi penyedia layanan dukungan teknologi yang ada pada urutan
bawah
Seharusnya memang tidak demikian. Perpustakaan masa kini menyediakan berbagai
media dan kegiatan sosiokultural—menjadi “blended libraries” menurut Kathleen Imhoff,
asisten direktur Broward County Library of Fort Lauderdale. Florida. Ada kecenderungan
bahwa perpustakaan mulai menyembunyikan bukunya di belakang dan menempatkan
komputer di bagian depan agar sense of atau rasa teknologi muncul dalam dunia
perpustakaan. Ada juga perpustakaan yang saat ini lebih banyak menyediakan anggaran
untuk koleksi digital dari pada koleksi cetak. Tidak hanya itu perpustakaan juga
berlomba-lomba menyediakan layanan yang semakin bertambah seperti layanan akses Page 2
internet, layanan multimedia dan sebagainya. Namun demikian, masih ada juga
perpustakaan-perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang serba sedikit dan dengan
fasilitas yang sangat minimal pula. Namun kedua macam perpustakaan tersebut sama-
sama lakunya, hanya pasarnya berbeda.
Apa yang menarik dari fenomena tersebut adalah: terjadinya digital divide. Ada gap
teknologi antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. Demikian pula di sisi
pemakainya. Digital divide atau perbedaan kemampuan pemanfaatan teknologi informasi
terjadi pada saat ini antara satu orang dengan orang lain tanpa batasan usia maupun
profesi..
Setiap ada seminar atau pelatihan bertemakan perpustakaan digital, sering timbul keluhan
dari peserta bahwa mereka tidak memiliki akses terhadap teknologi informasi atau
mereka tidak memiliki fasilitas teknologi informasi tersebut. Hal ini menggambarkan
bahwa ada gap pula di antara para pemikir dan pengembang perpustakaan bahwa di
antara para pustakawan sendiri juga terjadi gap kemampuan teknologi informasi.
Gambaran yang menarik dan perlu dicermati adalah adanya beberapa pustakawan yang
kemudian menyikapi perkembangan teknologi informasi ini sebagai suatu lahan baru
dalam pengembangan perpustakaan. Ada pustakawan yang mengembangkan software
perpustakaan yang sudah ada dan kemudian dipasarkan ke perpustakaan; ada pustakawan
yang membuat software dan memasarkan kepada perpustakaan. Ada pula yang melihat
teknologi informasi sebagai suatu hal yang HARUS dimiliki untuk mengubah image
perpustakaan. Tidak kalah penting juga untuk dicermati oleh para pengajar bidang ilmu
perpustakaan adalah munculnya perpustakaan digital. Para pustakawan kadang-kadang
tidak dapat membedakan antara automasi perpustakaan dengan perpustakaan digital
sehingga automasi sering diidentikkan dengan perpustakaan digital. Tugas para pengajar
bidang ilmu perpustakaan adalah meluruskan kembali peran pustakawan sebagai penjaga
informasi dan ilmu pengetahuan. Demikian halnya para mahasiswa di bidang ilmu
perpustakan perlu mencermati kembali perkembangan-perkembangan yang terjadi saat
ini dan mgenevaluasi diri dimana posisi diri sendiri tersebut. Page 3
Barangkali akan sangat penting bagi para akademisi di kampus untuk memikirkan
kembali peran pustakawan dalam bidangnya dan meningkatkan image perpustakaan
sehingga akan lebih banyak orang memanfaatkan perpustakaan.
Ada beberapa tantangan dalam dunia kepustakawanan yang saat ini muncul. Tantangan
tersebut dapat memacu maupun menghambat perpustakaan di Negara ita:
Tantangan pertama: Web 2.0
Saat ini pemanfaatan internet telah sangat banyak. Bahkan dalam suatu survey, terlihat
anak-anak sekarang akan memprioritaskan internet sebagai alat Bantu dalam
menyelesaikan tugas-tugas sekola ataupun perkuliahannya. Dengan kata lain, internet
telah menjadi fasilitas utama penunjang pendidikan dan mengesampingkan adanya
perpustakaan. Fenomena ini juga semakin terlihat di Indonesia dimana semakin bangak
anak-anak yang menggunakan internet sebagai alat Bantu untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaan rumah.
Sementara itu, internet pun juga terus berkembang dan saat ini masyarakat telah banyak
memanfaatkan web 2.0 sebagai suatu media untuk berkomunikasi dan berbagi
pengalaman dan cerita, berbagi gambar, berbagi audio dan sebagainya*.
Sebagian perpustakaan juga telah mulai menerapkan web 2.0 agar fasilitas dan informasi
mereka dapat dengan mudah diketahui oleh para penggunanya. Web 2.0 merupakan
pengembangan internet sebagai media untuk bersosialisasi dengan sesame serta untuk
berbagi. Dalam kaitan dengan perpustakaan, web 2.0 dapat digunakan misalnya untuk
lebih menjelaskan tentang isi katalog. Dengan berbasis web 2.0 maka katalog yang
dulunya hanya berisi informasi serba sedikit tentang sebuah buku, kini informasinya jauh
lebih bermanfaat dari sebelumnya, karena katalog ini dilengkapi dengan daftar isi buku,
review dan lain sebagainya; bahkan orang yang pernah membaca buku tersebut dapat
pula menambahkan informasi tentang buku tersebut. Page 4
walaupun saat ini para pustakawan Indonesia masih berbicara tentang perpustakaan
digital** dengan berbagai seluk beluknya dan semoga dalam waktu yang tidak terlalu
lama akan pula masuk dalam kancah web 2.0 dan library 2.0. Dan tentu saja masih ada
berbagai kemajuan web 2.0 yang dapat diterapkan di perpustakaan.
Untuk dapat maju dan sejajar dengan para pustakawan di negara lain, kita harus berani
tampil dalam dunia kepustakawanan yang berwawasan multidisiplin dan multi-skills.
Tantangan kedua: peran-peran baru kepustakawanan
Beberapa waktu yang lalu saya sempat bertemu dengan Jeffrey Trzeciak, kepala
Perpustakaan McMaster University. Saya bertemu beliau dalam suatu forum di China.***
Beliau mengatakan telah mengangkat 7 pustakawan baru yaitu (1) gaming librarian, (2)
digital strategist, (3) digital technologist, (4) e-resources librarian, (5) archivist librarian,
(6) marketing and communication librarian, (7) teaching and learning librarian. Ketujuh
posisi tersebut dijabat oleh para pustakawan dan berlatar belakang pustakawan juga.
Bagaimana dengan kita? Beranikah kita merancang peran-peran baru dalam
kepustakawanan? Ataukah kita akan tetap terbelenggu dengan rutinitas sesuai yang
tertulis pada jabatan fungsional pustakawan?
Tantangan ketiga: masyarakat yang alliterate
Tantangan ketiga merupakan tantangan klasik yang terutama kita hadapi dalam dunia
sehari-hari. Walaupun selalu saja banyak perpustakaan mengatakan bahwa perpustakaan
mereka selalu ramai dikunjungi oleh para pemakainya, namun perlu ditelusuri lebih
lanjut, berapa persen dari masyarakat tersebut yang telah memanfaatkan perpustakaan.
Angka statistic yang besar tidak akan ada artinya bila pembaginya sangat besar.
Pengembangan minat baca memang harus dilakukan dari kecil dan jangan sampai
terputus di tengah jalan. Untuk itulah kita perlu memikirkan juga para pustakawan yang
bekerja di sekolah-sekolah (SD, SMP, dan SMA) agar perjuangan mereka bisa lebih
diargai dan mendapatkan apresiasi yang lebih baik lagi. Usia sekolah merupakan critical
ages untuk mengembangkan minat baca, sehingga pustakawan harus mendapatkan
dukungan dalam rangka meningkatkan minat baca tersebut. UNESCO telah Page 5
mengeluarkan berbagai bacaan tentang literasi yang sangat baik untuk dipelajari oleh
para pustakawan.****
Tantangan keempat: membangun pustakawan yang komunikatif dan
berpengetahuan
Tantangan ini ada di dunia kampus dan setelahnya. Para pengajar dan pembelajar akan
sangat baik kalau bisa mempertimbangkan para calon pustakawan tersebut tidak hanya
memiliki ketrampilan dalam bidangnya saja, tetapi juga mampu berbicara pada forum-
forum yang mungkin berawal dari kampus dan kemudian masuk ke tingkat lokal,
nasional dan internasional. Sasya merasakan betapa sedikitnya pustakawan kita yang
berperan serta dalam kancah internasional. Dua kali saya mempresentasikan makalah di
konferensi perpustakaan internasional yang diselenggarakan di Malaysia, tetapi tak satu
pun pustakawan Indonesia mengikutinya. Juga di forum IFLA, misalnya, lebih berperan
sebagai peserta dan itupun didominasi oleh Perpustakaan Nasional, sedangkan presenter
dari Indonesia hanya satu.orang saja. Pada pertemuan kongres internasional ALA dua
bulan lalu beberapa pustakawan ramai ramai menulis satu makalah yang lolos karena
penulis utamanya adalah orang Amerika sendiri.
Penutup
Singkatnya, para pustakawan saat ini dihadapkan pada suatu wacana digital yang mana
pustakawan tidak boleh terjebak sebagai seorang ahli atau teknisi dalam dunia
informatika. Pustakawan adalah pustakawan—hanya saja saat ini memiliki peran yang
lebih besar karena adanya kemajuan dalam teknologi informasi.
Selain itu, tantangan-tantangan baru seperti hadirnya web 2.0 yang diikuti dengan library
2.0 serta tantangan lain: peran baru pustakawan, aliterasi di masyarakat, dan pustakawan
yang harus komunikatif dan sejajar dengan profesi lainnya haruslah menjadi tantangan
yang perlu direspon secara positif oleh para pustakawan di masa mendatang.
Selamat mengikuti pendidikan kepustakawanan dan tunjukkan diri kita sebagai
pustakawan yang berani tampil beda
sumber : http://d2n-7.blogspot.com/2009/03/tantangan-baru-dunia-kepustakawanan.html
Sabtu, 20 Juni 2015
MEMBANGUN CITRA PERPUSTAKAAN
Perjalanan Panjang Mushaf Al-Qur’an Tulisan Utsman bin Affan Setelah Sang Khalifah Wafat
Satu
di antara pemberontak berhasil menyabetkan pedangnya ke tangan Utsman hingga
putus. Darah pun berceceran hingga ke lembaran-lembaran Mushaf Alquran yang
dibaca sang Khalifah. Mushaf Alquran yang dibaca Utsman saat ini masih
tersimpan di kawasan Hast-Imam, Tashkent, Uzbekistan…”
Tulisan
diatas merupakan salah satu kutipan dari kisah tentang dibalik Perjalanan
Mushaf Tulisan Utsman bin Affan Setelah Sang Khalifah Wafat, Mungkin diantara
kita banyak yang belum tahu mengenai proses panjang dan perjuangan terkait
dengan Perjalanan Mushaf Tulisan Utsman bin Affan Setelah Sang Khalifah Wafat.
Untuk
yang ingin tahu terkait dengan Perjalanan Mushaf Tulisan Utsman bin Affan
Setelah Sang Khalifah Wafat, berikut merupakan ulasan yang dikumpulkan dan
diliput langsung oleh wartawan detik.com langsung dari Hast-Imam, Tashkent,
Uzbekistan tempat disimpanya Mushaf Alquran milik sahabat Utsman bin Affan.
Saat
itu, ratusan orang pemberontak mengepung rumah milik Khalifah Utsman bin Affan
di kota Madinah. Hari itu bertepatan dengan hari Jumat, 8 Djulhijjah 35
Hijriyah. Namun sang Khalifah Utsman seperti tidak menghiraukannya. Dengan
penuh kusyuk, menantu Rasulullah itu tetap menunaikan shalat Ahsar. Usai
melaksanakan shoalat, Utsman bin Affan kemudian melanjutkan membaca Al-Qur’an
surat Al Baqarah.
Namun
belum selesai membacanya, bacaan Utsman terhenti pada surat Al-Baqarah ayat
ke-137. Ternyata beberapa orang pemberontak berhasil masuk ke dalam rumah sang
Khalifah, Satu di antara pemberontak tersebut juga berhasil menyabetkan
pedangnya ke tangan Utsman hingga tangan Utsman putus.
Darah
pun berceceran hingga menetes ke lembaran-lembaran Mushaf Alquran yang
sebelumnya sedang dibaca sang Khalifah, Mushaf-mushaf Al-Qur’an yang dibaca
Utsman tersebut saat ini masih tersimpan di kawasan Hast-Imam, Tashkent,
Uzbekistan.“Jadi percikan darahnya (Utsman)
masih ada di situ. Seperti kita ketahui Khalifah Utsman meninggal setelah
ditusuk oleh pembunuhnya ketika tengah membaca surat Al Baqarah,” kata Mursyid,
seorang pemandu yang bersama detikcom mengunjungi tempat disimpannya mushaf
tersebut pada Kamis (21/5/2015) lalu.
Setelah
Utsman wafat, mushaf Al-Qur’an tersebut sempat berpindah ke beberapa negara. Awalnya
mushaf Al-Qur’an ini dibawa oleh Khalifah selanjutnya Ali bin Abi Thalib ke
wilayah Kuffah, yang sekarang dikenal sebagai negara Irak. Sekitar tujuh ratus
tahun kemudian, Amir Timur alias Timur Leng yang berhasil menaklukkan Asia
Tengah membawa mushaf Al-Qur’an tersebut ke Samarkand, Uzbekistan. Hampir
selama empat abad, mushaf Al-Qur’an tersebut berada di Samarkand.
Ketika
Rusia menaklukkan Samarkand sekitar tahun 1868, mushaf tersebut kemudian
dikirim ke St Petersburg untuk disimpan di perpustakaan kerajaan. Setelah
pecahnya revolusi Bolshevik, Lenin yang sangat bernafsu menguasai daerah umat
Islam mengirimkan mushaf ini ke Ufa atau yang kemudian dikenal sebagai
Bashkortostan. Pada tahun 1924 setelah beberapa kali umat muslim di Uzbekistan
meminta kepada Lenin, mushaf tersebut dikembalikan ke Tashkent dan disimpan di
museum sejarah.
SEJARAH BERDIRINYA PERPUSTAKAAN
KABUPATEN KAMPAR
Dizaman
Era Moderenisasi sekarang ini, Perpustakaan sangat dibutuhkan oleh
Masyarakat mulai dari pelajar Tingkat Sekolah Dasar sampai pada Tingkat
Perguruan Tinggi. Keberadaan Perpustakaan di Kabupaten Kampar sangat
membantu Masyarakat yang tergolong ekonomi lemah.
Pada
tahun 1992, Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar mulai mendirikan
Perpustakaan. Dimana pada saat itu diberi nama Perpustakaan Umum dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar Menyewa sebuah rumah untuk dijadikan
Perpustakaan Umum. Pada tahun 1994 Perpustakaan Umum berpindah kantor
dengan menyewa sebuah ruko yang beralamat di jalan Jenderal Sudirman
Bangkinang. Pada saat itulah Pemerintah Daerah Tingkat II Kampar
menyerahkan Perpustakaan Umum untuk dikelola oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Kampar dan akhirnya Perpustakaan Umum berubah nama
menjadi UPTD Perpustakaan Kabupaten Kampar dibawah naungan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan. Saat itu rata-rata yang menjadi pengelola
adalah tenaga honorer yang SK-nya ditanda tangani oleh Bupati Kampar.
Pada
tahun 2002, UPTD Perpustakaan Kabupaten Kampar mendapat bantuan Mobil
Perpustakaan Keliling dari Perpustakaan Nasional RI untuk membantu
masyarakat yang tinggalnya jauh dari ibukota Kabupaten yang diserahkan
secara langsung oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI di Jakarta.
Berdasarkan
table I diatas, pada tahun 1992 sampai tahun 2000 hanya Jabatan Kepala
Perpustakaan yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Sedang Jabatan Kepala
Tata Usaha dan Jabatan Seksi Akuisisi dan Pengolahan masih kosong.
Akhirnya pada tahun 2001 Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Kampar mengangkat 2 (dua) orang PNS dilingkungan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan untuk menduduki jabatan Kepala Tata Usaha
serta Seksi Akuisisi dan Pengolahan pada UPTD Perpustakaan Kabupaten
Kampar.
Akhirnya
pada masa kepemimpinan Bupati Kampar Burhanuddin Husin, Susunan
Organisasi Tata Kerja (SOTK) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Kampar
dirubah yang akhirnya UPTD Perpustakaan Kabupaten Kampar berpisah dengan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kampar dan kemudian bergabung
dengan kantor Kearsipan. Pada masa Bupati Kampar Burhanuddin Husin
tersebut, maka UPTD Perpustakaan Kabupaten Kampar berubah nama menjadi
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar dimana Kepala Kantor
memegang Eselon III/a.
Sekarang
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar sudah diketahui oleh
Masyarakat. Apa lagi sekarang Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Kampar sudah menyediakan layanan jaringan internet. Sehingga masyarakat
yang ingin mencari informasi, dapat dengan mudah mengakses dengan
menggunakan jaringan internet yang telah disediakan oleh Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar.
Dan
saat ini pun Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar sudah
memiliki koleksi buku ± 100.000 eksamplar yang diperoleh dari dana APBD
Kabupaten Kampar bahkan Sumbangan dari PT. Chevron Pasifik Indonesia
mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi bahkan
tersedia juga buku untuk kalangan umum yang dapat dipinjam kapan saja
dengan syarat menjadi anggota pada Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Kampar.
Bagi
masyarakat yang tinggalnya jauh dari Ibukota Kabupaten, Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar juga telah mengoperasikan mobil
Perpustakaan Keliling untuk menjangkau daerah yang jauh dari Ibukota
Kabupaten seperti ke Sekolah-sekolah yang berada di Kecamatan yang akan
dilayani langsung oleh Pegawai Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Kampar.
Saat
ini pun Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar sedang
menggalakkan Gemar Membaca kepada masyarakat melalui beberapa kegiatan
seperti pengadaan media website dan bulletin kantor, pelayanan pemutaran
Film-film Dokumenter dan cerita, Sosialisasi kegiatan Kearsipan dan
Perpustakaan kepada Desa dan Sekolah-sekolah serta Masyarakat Pemustaka,
Penilaian Perpustakaan berprestasi di seluruh Desa dan Sekolah,
Penyelenggaraan English Club Kabupaten Kampar sebagai kepedulian tentang
Ilmu Bahasa Inggris. Semua itu dilakukan demi meningkatkan Sumber Daya
Manusia Kabupaten Kampar.
Sampai
saat ini jumlah anggota pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Kampar sudah mencapai ± 1.500 orang, sedangkan pengunjung pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar selama tahun 2011 sudah mencapai
± 20.000 orang. Dengan banyaknya pengunjung dan anggota pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar, berarti Antusias Masyarakat
terhadap keberadaan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar
semakin meningkat.
Berdasarkan
data diatas, keberadaan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar
sangat membantu masyarakat dalam mencari informasi. pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar telah menyediakan berbagai judul
koleksi maupun sarana website yang dapat digunakan oleh masyarakat.
Data
diatas menunjukkan bahwa minat Siswa / pelajar untuk datang berkunjung
ke Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar lebih tinggi
dibandingkan minat Mahasiswa dan umum. Dengan masih minimnya minat
mahasiswa dan umum untuk datang berkunjung ke Kantor Perpustakaan dan
Arsip Kabupaten Kampar, maka Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip selalu
giat untuk menggalakkan minat baca masyarakat dengan menyediakan segala
koleksi buku maupun sarana informasi seperti website.(Oleh : Ade Rassimon)
Selasa, 16 Juni 2015
Perpustakaan Terindah di Eropa (2)
6. Konstanz University of Applied Sciences Library in Germany Konstanz
University of Applied Sciences Library tarletak di tepi danau Constance yang didirikan pada tahun 1966 yang memiliki lebih dari 1.100 staff dan lebih dari 9.000 komunitas mahasiswa. Perpustakaan ini memiliki koleksi lebih dari 2 juta buku, jurnal dan media lain. Selain media cetak, perpustakaan juga memiliki koleksi lebih dari 32.000 e-book, 28.000 e-jurnal dan 420 jaringan database. Hampir semua media dapat diakses selama 24 jam.
7. Leipzig University Library (aka Bibliotheca Albertina)
in Germany Leipzig University Library didirikan pada tahun 1542, setelah reformasi oleh rektor universitas, Casper Borner yang berhasil meyakinkan Duke of Saxony untuk menyumbangkan bangunan biara Dominika St Paul kepada Universitas Leipzig. Pada awal pembukaannya, perpustakaan memiliki sekitar 1.000 buku dan sekitar 1500 manuskrip. Peristiwa pemboman pada saat Perang Dunia II tahun 1943-1945 telah menghancurkan dua pertiga gedung Albertina Bibliotheca, sebuah bangunan bergaya Neo-Renaissance yang berdiri megah. lebih dari 42.00o koleksi perpustakaan hilang, beberapa ditemukan di perpustakaan Russia.
8. The University Library of Graz in Austria
University Library of Graz merupakan perpustakaan sains terbesar di Styria dan terbesar ketiga di Austria. Perpustakaan ini merupakan bagian dari Universitas Karl Franzen Graz yang terdiri dari perpustakaan utama, perpustakaan kedua (ilmu hukum, ilmu sosial ekonomi, dan teologi) dan beberapa cabang perpustakaan yang terbuka untuk umum. Menampung semua karya manuskrip dan cetak hingga tahun 1900. Beberapa naskah parlemen yang paling berharga adalah 5 Georgia tertua (abad 7- abad 11) yang ditemukan di biara St. Catherine di kaki gunung Sinai.
9. Vilnius University Library in Lithuania
Vilnius University Library atau sering disingkat VUL merupakan perpustakaan tertua dan salah satu perpustakaan akademik terbesar di Lithuania. Terletak di kota lama Vilnius yang berdekatan dengan istana Presiden Lithuania. Perpustakaan ini memiliki 5,4 juta koleksi dokumen di rak rak yang memiliki panjang 166 kilometer. Keanggotaan perpustakaan dapat diperoleh oleh mahasiswa universitas dan masyarakat umum. Pada tahun 2010 perpustakaan memiliki 28.420 anggota.
10. The Royal Library in Copenhagen,
Denmark The Royal Library in Copenhagen (Det Kongelige Bibliotek) merupakan perpustakaan nasional Denmark dan Kopenhagen University dan salah satu perpustakaan terbesar di negara-negara Nordik. Berisi berbagai macam dokumen sejarah, semua karya yang dicetak di Denmark sejak abad ke 17. Saat ini perpustakaan memiliki 4 bangunan yang terletak di Gothersgade, Kopenhagen, (khusus ilmu hukum dan sosial), Amager (khusus ilmu humaniora), Norre Per Alle (khusus ilmu pengetahuan alam dan kesehatan), dan perpustakaan utama di Slotsholmen terletak di dekat pelabuhan Kopenhagen meliputi berbagai ilmu dan beberapa koleksi khusus.
Sumber : http://www.mobgenic.com
Perpustakaan Terindah di Eropa (1)
Perpustakaan Terindah di Eropa
Perpustakaan telah menjadi pilar bagi ilmu pengetahuan dan juga merupakan rumah yang luar biasa bagi arsitektur. Berikut ini adalah beberapa perpustakaan menakjubkan yang terletak di Eropa. Mulai dari masa lalu menuju era modern, pusat ilmu pengetahuan dan pembelajaran ini juga menyimpan nilai-nilai sejarah dan budaya.
1. National Library in Vienna, Austria
Austrian National Library adalah perpustakaan terbesar di Austria yang menyimpan 7,4 juta koleksi buku. Perpustakaan ini terletak di dalam istana Hofburg di Wina, Austria. Didirikan oleh keluarga kerajaan Habsburg, perpustakaan ini awalnya bernama “Hof-Bibliothe” (Perpustakaan Kerajaan) dan pada tahun 1920 nama perpustakaan berubah menjadi seperti sekarang ini.
2. Abbey Library in Admont,Austria
Abbey Library in Admont dibangun pada tahun 1776, dirancang oleh arsitek Joseph Hueber dan merupakan perpustakaan biara terbesar di dunia. Memiliki desain kubah yang unik, dihiasi oleh lukisan Bartolomeo Altomonte yang menggambarkan tahapan ilmu pengetahuan manusia. Perpustakaan ini juga menyimpan 1.400 naskah tua dari St Peter Abbey.
3. Abbey Library in Kremsmünster,Austria
Perpustakaan ini dibangun antara tahun 1680 dan 1689 yang di desain oleh Carlo Antonio Carlone. Merupakan salah satu perpustakaan terbesar di Austria dengan 160.000 koleksi buku, 1.700 manuskrip dan 2.000 incunabula. Koleksi buku yang paling berharga di perpustakaan ini adalah “Codex Millenarius”, sebuah Kitab Injil yang ditulis sekitar tahun 800 di Mondsee Abbey. Duplikat dari naskah kuno ini dapat ditemukan di sejumlah perpustakaan seluruh dunia.
4. Saxony State and University Library in Dresden,
Germany Saxon State Library, atau dalam bahasa Jerman Sächsische Landesbibliothek – Staats und Universitätsbibliothek Dresdenabbreviated (SLUB Dresden), terletak di Dresden, Jerman. Perpustakaan ini merupakan salah satu dari dua perpustakaan daerah yang dimiliki negara, selain perpustakaan akademik Dresden University of Technology. Dibangun pada tahun 1996 yang merupakan penggabungan dari perpustakaan Saxon State Library (SLB) dan State University Library Dresden (SUBD). Koleksi buku di perpustakaan ini hampir mencapai 9 juta! yang menjadikan salah satu pusat arsip publik terbesar di Jerman. Koleksi berharga di perpustakaan ini meliputi Codex Dresdensis, sebuah Al Quran berbentuk Octagonal dari tahun 1184 dan salinan Injil Petrus Schoeffer yang dicetak pada tahun 1462.
5. The City Library in Malmo,Swedia
Malmo City Library tarletak di kota Malmo, Swedia. Perpustakaan ini memiliki 550.00 koleksi dari berbagai media, sekitar 10.000 DVD, 33.500 CD musik. Pada tahun 2006 menjadi perpustakaan pertama di Swedia yang meminjamkan video game. Dibuka pertama kali pada tanggal 12 Desember 1905 yang kemudian pada tahun 1946 pindah ke dalam istana Regementsgatan. Saat ini perpustakaan memiliki tiga bangunan utama.
Cina Penemu Kertas Pertama
Cina Penemu Kertas Pertama
Hay pengunjung yang terhormat, ternyata kertas itu pertama kali di temukan di China, Tercatat dalam sejarah adalah peradaban China yang menyumbangkan kertas bagi Dunia.
yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi.
Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga dizaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah
Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia. Penemu bahan kertas Ts’ai Lun besar kemungkinan sebuah nama yang asing kedengaran di kuping pembaca. Menimbang betapa penting penemuannya, amatlah mengherankan orang-orang Barat meremehkannya begitu saja. Tidak sedikit ensiklopedia besar tak mencantumkan namanya barang sepatah pun. Ini sungguh keterlaluan. Ditilik dari sudut arti penting kegunaan kertas amat langkanya Ts’ai Lun disebut-sebut bisa menimbulkan sangkaan jangan-jangan Ts’ai Lun sebuah figur tak menentu dan tidak bisa dipercaya ada atau tidaknya. Tetapi, penyelidikan seksama membuktikan dengan mutlak jelas bahwa Ts’ai Lun itu benar-benar ada dan bukan sejenis jin dalam dongeng. Dia seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan yang di tahun 105 M mempersembahkan contoh kertas kepada Kaisar Ho Ti.
Catatan-catatan Cina menyebut –sesudah dia disepak– Ts’ai Lun mandi bersih-bersih, mengenakan gaunnya yang terindah, lantas meneguk racun. Penggunaan kertas meluas di seluruh Cina pada abad ke-2, dan dalam beberapa abad saja Cina sudah sanggup mengekspor kertas ke negara-negara Asia. Lama sekali Cina merahasiakan cara pembikinan kertas ini. Di tahun 751, apa lacur, beberapa tenaga ahli pembikin kertas tertawan oleh orang-orang Arab sehingga dalam tempo singkat kertas sudah diprodusir di Bagdad dan Sarmarkand. Teknik pembikinan kertas menyebar ke seluruh dunia Arab dan baru di abad ke-12 orang-orang Eropa belajar teknik ini. Sesudah itulah pemakaian kertas mulai berkembang luas dan sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak modern, kertas menggantikan kedudukan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis di Barat.
Kini penggunaan kertas begitu umumnya sehingga tak seorang pun sanggup membayangkan bagaimana bentuk dunia tanpa kertas. Di Cina sebelum penemuan Ts’ai Lun umumnya buku dibuat dari bambu. Keruan saja buku macam itu terlampau berat dan kikuk. Memang ada juga buku yang dibuat dari sutera tetapi harganya amat mahal buat umum. Sedangkan di Barat –sebelum ada kertas– buku ditulis di atas kulit kambing atau lembu. Material ini sebagai pengganti papyrus yang digemari oleh orang-orang Yunani, Romawi dan Mesir. Baik kulit maupun papyrus bukan saja termasuk barang langka tetapi juga harga sulit terjangkau.
Perpustakaan diatas air Kanada
Perpustakaan diatas air kanada
Bercerita tentang perpustakaan kali ini akan mengenalkan perpustakaan yang unik,berada di canada. Perpustakaan diatas air kanada (canada water library) ini Tampak dari luar seperti piramida terbalik yang dibalut aluminium perunggu, sehingga "terlihat sipil dan grand. Bahkan terkadang terlihat seperti kristal goldish. Di dalamnya ada tangga berbentuk spiral dengan kayu besar di pusatnya . dari beberapa balkon kita juga dapat melihat pemandangan air di sekeliling perpustakaan karena terdapat beberapa balkonnya yang cukup besar sehingga seperti clos up besar yaang langsung memperlihatkan pemandangan air dibawahnya. Diperpustakaan tersebut juga terdapat kafe di bawah dan dipenuhi buku-buku di bagian atas serta didalam ruangan juga dikelilingi galeri. Lokasi Canada Air berada di Surrey Docks tua Komersial, pada tonjolan besar ke Sungai Thames. Letak perpustakaannya pun di sebelah stasiun tabung
dan disamping alun-alun pabrik baru.
Macam, sistem dan susunan katalog di sekolah.
Macam, sistem dan susunan katalog di sekolah.
Deskripsi katalog
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan deskripsi katalog adalah keterangan yang terdapat dalam tubuh katalog dimulai dari judul sampai dengan informasi daerah jejakan. Pada umunnya katalog yang digunakan di dunia ini termasuk perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia mengacu ketentuan dari AACR (Anglo American Cataloging Rules) edisi 2.
Aturan pengkatalogan ini memberikan 3 tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perpustakaan, Hal ini didasari karena adanya perbedaan kepentingan perpustakaan dengan pemakai jasa perpustakaan.
Sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan perpustakaan di dunia, sekarang bukan hanya perpustakaan umum saja yang membutuhkan perkembangan teknologi , namun sekarang sudah mewabah ke perpustakaan sekolah-sekolah, terutama terhadap sekolah yang sudah di unggulkan yang sangat membutuhkan pusat informasi terutama di dalam perpustakaan.
Ada beberapa macam katalog yang digunakan pada perpustakaan, umumnya
kita mengenal 3 macam katalog, yaitu:
1. Katalog kartu (card catalog) Materi Disajikan Pada Diklat Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru dan Pengelola
Katalog kartu yang tebuat dari kertas manila yang agak tebal dari pada kertas HVS, kartu ini memiliki ukuran 12,5 x 7,5 cm. Selanjutnya kartu katalog kartu ini disimpan dalam laci-laci katalog dan disusun secara alfabetis pengarang (katalog pengarang), alfabetis subyek (katalog subyek) maupun urutan klasifikasi (katalog selflist) .
2. Katalog berkas (sheaf catalog), adalah katalog yang berupa lembaran lepas, disatukan dengan penjepit khusus. Setiap lembar memuat satu entri, dan setiap penjepit berisi 500 – 600 lembar atau slip. Ukuran katalog berkas ini 12,5 x 20 cm.
3. Katalog buku (book catalog), adalah katalog tercetak dalam bentuk buku, yang masing-masing halamannya memuat sejumlah entri.
4. Katalog elektrik, adalah katalog dalam bentuk file di komputer katalog ini mudah diakses untuk penelusuran atau pencarian ulang.
5. Katalog terpasang, yaitu katalog yang entri-entri disusun dalam komputer dengan menggunakan database tertentu Dari beberapa macam katalog tersebut diatas, ada keuntungan dan kelemahannya
masing-masing, suatu contoh katalog kartu mepunyai keuntungan :
a. Tidak mudah hilang, karena tidak mudah dibawa-bawa seperti katalog buku atau berkas.
b. Mudah menggunakannya
c. Luwes, karena dengan mudah kita dapat menyisipkan kartu-kartu baru.
d. Mudah dalam menggandakan entri-entrinya
e. Mudah dibuatkan petunjuk-petunjuknya (guide card)
Kelemahan katalog kartu antara lain:
a. Katalog kartu sangat tergantung pada tempat, sehingga bila jumlahnya sampai melebihi kapasitas laci katalog akan menimbulkan kesulitan dalam menggunakannya.
b. Katalog kartu tidak bisa dibawa kemana-mana.
Adapun sistem katalog yang dipakai di perpustakaan ada beberapa sistem yakni: Materi Disajikan Pada Diklat Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru dan Pengelola
1. Sistem katalog abjad (alphabetical catalog), pada sistem ini katalog-katalog pengarang, judul, dan subyek disusun menurut urutan abjad
Dari sistem ini dibagi lagi menjadi dua yaitu:
1.1. Sistem katalog kamus (dictionary catalog), suatu sistem dimana katalogkatalog-katalog pengarang, judul dan subyek disusun dalam satu jajaran menurut abjad (alphabetical order)
1.2. Sistem katalog terbagi (divided catalog), biasanya sistem ini disusun menurut dua jajaran secara abjad, yaitu satu jajaran menurut entri subyeknya , satu jajaran menurut entri pengarang dan entri judul secara abjad pula.
2. Sistem katalog klasifikasi (calssified catalog), sistem katalog ini biasanya disebut juga katalog sistematis, dimana katalog disusun menjadi tiga jajaran, yaitu:
2.1 Jajaran katalog pengarang-judul yang disusun menurut abjad
2.2 Jajaran katalog subyek yang disusun menurut urutan klasifikasi sebagai entri yang diutamakan
2.3 Jajaran katalog indeks subyek yang disusun menurut abjad
D. Deskripsi katalog
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan deskripsi katalog adalah keterangan yang terdapat dalam tubuh katalog dimulai dari judul sampai dengan informasi daerah jejakan. Pada umunnya katalog yang digunakan di dunia ini termasuk perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia mengacu ketentuan dari AACR (Anglo American Cataloging Rules) edisi 2.
Aturan pengkatalogan ini memberikan 3 tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perpustakaan, Hal ini didasari karena adanya perbedaan kepentingan perpustakaan dengan pemakai jasa perpustakaan.
Sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan perpustakaan di dunia, sekarang bukan hanya perpustakaan umum saja yang membutuhkan perkembangan teknologi , namun sekarang sudah mewabah ke perpustakaan sekolah-sekolah, terutama terhadap sekolah yang sudah di unggulkan yang sangat membutuhkan pusat informasi terutama di dalam perpustakaan.
Jadi, sudah saatnya sekolah-sekolah menerapkan sistem katalogisasi untuk menunjang kebutuhan dalam perpustakaan tersebut.Macam, sistem dan susunan katalog.
Ada beberapa macam katalog yang digunakan pada perpustakaan, umumnya
kita mengenal 3 macam katalog, yaitu:
1. Katalog kartu (card catalog) Materi Disajikan Pada Diklat Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru dan Pengelola
Katalog kartu yang tebuat dari kertas manila yang agak tebal dari pada kertas HVS, kartu ini memiliki ukuran 12,5 x 7,5 cm. Selanjutnya kartu katalog kartu ini disimpan dalam laci-laci katalog dan disusun secara alfabetis pengarang (katalog pengarang), alfabetis subyek (katalog subyek) maupun urutan klasifikasi (katalog selflist) .
2. Katalog berkas (sheaf catalog), adalah katalog yang berupa lembaran lepas, disatukan dengan penjepit khusus. Setiap lembar memuat satu entri, dan setiap penjepit berisi 500 – 600 lembar atau slip. Ukuran katalog berkas ini 12,5 x 20 cm.
3. Katalog buku (book catalog), adalah katalog tercetak dalam bentuk buku, yang masing-masing halamannya memuat sejumlah entri.
4. Katalog elektrik, adalah katalog dalam bentuk file di komputer katalog ini mudah diakses untuk penelusuran atau pencarian ulang.
5. Katalog terpasang, yaitu katalog yang entri-entri disusun dalam komputer dengan menggunakan database tertentu Dari beberapa macam katalog tersebut diatas, ada keuntungan dan kelemahannya
masing-masing, suatu contoh katalog kartu mepunyai keuntungan :
a. Tidak mudah hilang, karena tidak mudah dibawa-bawa seperti katalog buku atau berkas.
b. Mudah menggunakannya
c. Luwes, karena dengan mudah kita dapat menyisipkan kartu-kartu baru.
d. Mudah dalam menggandakan entri-entrinya
e. Mudah dibuatkan petunjuk-petunjuknya (guide card)
Kelemahan katalog kartu antara lain:
a. Katalog kartu sangat tergantung pada tempat, sehingga bila jumlahnya sampai melebihi kapasitas laci katalog akan menimbulkan kesulitan dalam menggunakannya.
b. Katalog kartu tidak bisa dibawa kemana-mana.
Adapun sistem katalog yang dipakai di perpustakaan ada beberapa sistem yakni: Materi Disajikan Pada Diklat Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru dan Pengelola
1. Sistem katalog abjad (alphabetical catalog), pada sistem ini katalog-katalog pengarang, judul, dan subyek disusun menurut urutan abjad
Dari sistem ini dibagi lagi menjadi dua yaitu:
1.1. Sistem katalog kamus (dictionary catalog), suatu sistem dimana katalogkatalog-katalog pengarang, judul dan subyek disusun dalam satu jajaran menurut abjad (alphabetical order)
1.2. Sistem katalog terbagi (divided catalog), biasanya sistem ini disusun menurut dua jajaran secara abjad, yaitu satu jajaran menurut entri subyeknya , satu jajaran menurut entri pengarang dan entri judul secara abjad pula.
2. Sistem katalog klasifikasi (calssified catalog), sistem katalog ini biasanya disebut juga katalog sistematis, dimana katalog disusun menjadi tiga jajaran, yaitu:
2.1 Jajaran katalog pengarang-judul yang disusun menurut abjad
2.2 Jajaran katalog subyek yang disusun menurut urutan klasifikasi sebagai entri yang diutamakan
2.3 Jajaran katalog indeks subyek yang disusun menurut abjad
Jadi, sudah saatnya sekolah-sekolah menerapkan sistem katalogisasi untuk menunjang kebutuhan dalam perpustakaan tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)